Laporan Akhir 1 M3 Sistem Digital


Laporan Akhir 1
Asynchronous Binary Counter

1. Jurnal [kembali]

2. Alat dan Bahan [kembali]


Gambar 1.1 DL2203C Module D’Lorenzo 

Gambar 1.2 DL2203S Module D’Lorenzo 

Gambar 1.3 Jumper

Alat yang di gunakan :

1. Panel DL 2203C
2. Panel DL 2203S
3. Jumper.
4. Laptop.
5. Software Proteus ver minimal 8.17

Bahan yang digunakan:
  • Power Supply
  • Ground
  • SPDT

3. Rangkaian Simulasi [kembali]



4. Prinsip Kerja Rangkaian [kembali]

Rangkaian 1a menggunakan dua IC counter, yaitu DIV2 dan DIV8, yang dikombinasikan sehingga menghasilkan counter modulus 16. Setiap pulsa clock yang masuk pada IC pertama akan dibagi dua, kemudian diteruskan ke IC berikutnya untuk membentuk pembagian lebih lanjut. Output yang dihasilkan berupa urutan biner dari 0000 sampai 1111 atau 0 hingga 15. Karena bekerja secara asinkron, transisi dari satu output ke output lain terjadi secara bertahap dengan sedikit delay (ripple effect). Prinsip ini memungkinkan rangkaian digunakan sebagai penghitung biner penuh. Rangkaian 1b menggunakan IC counter DIV10 (BCD) yang membatasi hitungan hanya sampai angka 9 (0000–1001). Pulsa clock yang diberikan membuat output bertambah satu per siklus hingga mencapai 1001, lalu otomatis reset ke 0000. Dengan demikian, output hanya memiliki 10 keadaan, bukan 16 seperti pada rangkaian 1a. Prinsip kerja ini sesuai dengan sistem desimal, sehingga rangkaian cocok digunakan pada aplikasi penghitung berbasis angka 0–9, seperti tampilan seven segment. Karena tetap berbasis flip-flop asinkron, rangkaian juga memiliki delay propagasi antar output.

5. Video Rangkaian [kembali]




6. Analisa [kembali]

Analisa perbedaan hasil jurnal dan percobaan dari dua IC (DIV16 dan DIV10)

IC yang digunakan dalam jurnal adalah IC DIV16 (74LS93/7493) yang berfungsi sebagai 4-bit binary counter. IC ini mampu menghitung urutan biner dari 0000 hingga 1111 atau 0 sampai 15. Dengan demikian, hasil yang tercatat pada jurnal memperlihatkan keluaran yang lengkap dari 16 kondisi. Sebaliknya, pada percobaan digunakan IC DIV10 (74LS90/7490) yang merupakan counter desimal atau BCD counter. IC ini hanya dapat menghitung dari 0000 sampai 1001 atau 0 sampai 9, kemudian otomatis kembali ke 0000. Hal inilah yang menimbulkan perbedaan hasil antara jurnal dan percobaan. Jurnal menampilkan siklus penuh 16 keadaan, sedangkan percobaan menampilkan hanya 10 keadaan karena dibatasi oleh karakteristik IC BCD. Dengan kata lain, jurnal menggambarkan counter biner murni, sementara percobaan menampilkan counter desimal terbatas.


Analisa perbedaan hasil jurnal dan percobaan dari percobaan 1a dan 1b

Pada percobaan 1a, rangkaian menggunakan dua IC counter (kombinasi DIV2 dan DIV8) yang menghasilkan counter modulus 16. Output yang terbentuk adalah hitungan biner penuh dari 0 sampai 15, sehingga seluruh kombinasi 4-bit dapat ditampilkan. Karena menggunakan prinsip asinkron, setiap flip-flop akan memicu flip-flop berikutnya, sehingga terdapat efek propagasi (ripple) pada saat transisi. Hal ini sesuai dengan tabel hasil jurnal yang menunjukkan keluaran hingga 15. Sementara itu, pada percobaan 1b digunakan IC counter DIV10 (BCD counter) yang hanya menghitung sampai angka 9 (0000–1001) kemudian kembali ke nol. Dengan demikian, output yang dihasilkan terbatas pada sepuluh kondisi saja. Perbedaan hasil antara jurnal dan percobaan pada kedua rangkaian ini berasal dari jenis IC counter yang dipakai. Percobaan 1a menghasilkan keluaran biner penuh (0–15), sedangkan percobaan 1b menghasilkan keluaran desimal terbatas (0–9). Perbedaan ini menunjukkan bahwa percobaan 1a lebih cocok untuk aplikasi biner, sedangkan percobaan 1b lebih cocok untuk aplikasi penghitung berbasis desimal seperti seven segment.

7. Link Download [kembali]

Rangkaian Simulasi  1a     Download

Rangkaian Simulasi 1b            Download






Komentar

Postingan populer dari blog ini